Saya di Detik.com

Apersepsi (sebelum masuk ke inti persoalan postingan ini)

  • isi agak2 provokatif
  • Saya anti-pornografi (ada banner situs bersih)
  • Saya beragama (ada tab religius di blog saya)

Sehubungan dengan santernya rencana pemerintah (M Nuh) untuk memblokir youtube dan rapidshare beberapa waktu yang lalu100x (informasi ini sudah sangat basi), Detik.com sempat menghadirkan liputan dan semacam jajak pendapat terbuka untuk khalayak mengenai persoalan ini. Sebenarnya bukan jajak pendapat sih, hanya saja masyarakat yang membacanya dipersilakan untuk meninggalkan komentar.

Guest what? 😀 kehkehkeh. Saya sempat meninggalkan jejak di sana lantaran ikut2an jengah dengan kebijakan gali-tutup lubang yang dikeluarkan oleh pemerintah. Lha wong sumber terbesar pornografi adalah VCD di Harco Glodok, tabloid esek2, tayangan infotaiment seleb, dan sinetron basi (yg rata2 jiplakan dari luar).

Internet adalah entinen kecil dan hanya sekian mili dari keseluruhan kilometer persoalan Indonesia (bagaimana jika kita ngomong gizi buruk, pendidikan mahal, kesehatan mahal, monopoli pemilik modal, budaya konsumtif, transparansi subsidi BBM, korupsi, suap, Ryan, dsb yg gak bakal ada habis2nya). 80 triliun untuk itu? Apakah?

Silakan cek sendiri berapa jumlah pemakai internet di Indonesia di sini (sumber detik)

Anehnya setelah beberapa hari 😕 , list kumpulan komentar tersebut tidak dimuat lagi oleh detik. Apa karena isinya bikin kuping M Nuh CS (Roy Suryo) terbakar atau bagaimanalah. Yang jelas kesimpulan saya, peristiwa ini semakin mempertegas ke persoalan arah tujuan ngeblog di halaman about utchanovsky.com.

Kompor (ngeflame)? Ini pendapat saya secara pribadi, dan saya sebagai manusia berhak berpendapat, begitu juga Anda. Mau bilang terlalu bebas? Kebebasan yang tidak bertanggung jawab? Norma-norma? Saya rasa nilai-nilai norma dan aturan saat ini sudah dipegang dan dikendalikan oleh kelompok superior (dominan) di negara kita. Norma dan budaya adalah produk yang bisa diekspos sedemikian rupa, digenjot terus sampe ke permukaan, disosialisasikan membabi buta kepada masyarakat.

So, mau pake parameter kebebasannya siapa? Sepertinya pertanyaan kebebasan yang bertanggung jawab seperti apa menjadi tidak relevan karena parameternya sendiri corupt (rusak).

80 triliun yang katanya buat memperbaiki sektor yang cuma tergarap sekian persen di negara kita???? Yang kalau ditanyakan bagaimana progresnya sekarang, malah berkesan hangat-hangat tai ayam???

:gila: 😈

Saya pribadi lebih ngeliatnya sebagai pemberangusan atas kebebasan berbicara dan informasi di Indonesia. Sebuah perwujudan atas kebijakan hegemoni, di mana yang dikuasai secara rela menerima dominasi dan bahkan menyetujuinya (untuk itu 80 triliun saya rasa setimpal). Atas dasar itu saya akan berlaku seperti detik (komentar kontra-pemerintah dihapus). Berhubung ini di rumah saya, komentar kontra-saya akan dihapus.

😡 :p :peace:

>>>>>>>>>>

PS:
Masih menanti pemimpin yang emang tulus peduli rakyat dan mau ngebangun Indonesia serta berani mendobrak hegemoni kapital. Bertindak demi kemajuan bagi mereka yang dipaksa hidup menderita dengan kualitas barang2 di bawah kelas dua.

Comments

Popular posts from this blog

2021 Lalu Saya Covid

Logitech G300S Saya Rusak (1)