Kisah Pengguna Laptop yang Menggadaikan Laptopnya ke Tempat Gadai
Salah seorang pengguna Threads mengeluh jika laptop keren yang ia punya hanya dihargai 700 ribu rupiah oleh pihak pegadaian. Padahal, menurutnya laptop yang ia beli belum terlalu jadul (pembelian Januari 2023), sementara ia mengajukan barang ke pegadaian pada Januari 2024. Menurutnya, laptop yang ia beli memiliki desain dan fitur yang keren (keyboard yang bisa dilepas dan layar sentuh dengan warna mineral gray).
Pihak pegadaian (ini masih kurang jelas apakah Pegadaian BUMN dengan logo hijau atau pegadaian yang umum ada di pinggir-pinggir jalan) beralasan bahwa laptop itu memiliki spesifikasi yang jelek. Prosesornya hanya Celeron N4020 2C/2T dengan clock speed 1.1GHz (2.8 GHz jika turbo) dengan cache 4MB. Ditambah lagi memori 8GB yang sudah disolder sehingga tidak bisa diupgrade. Hal ini semakin diperparah dengan storage yang kecil (cuma 128GB) dan lambat (tipe eMMC 5.1).
Saya yang agak kurang sreg dari cara orang pegadaiannya mengapraisal laptop tersebut. Pertama, ia mengabaikan aspek mobilitas dari laptop tersebut. Prosesor Celeron memang bukan prosesor untuk pekerjaan berat, tetapi untuk office task sederhana dan presentasi. Nah untuk penggunaan tersebut, prosesor ini sangat irit baterai. Belum lagi fitur touchscreen dan detachable keyboard yang membuatnya sangat portabel.
Ia mengabaikan aspek bahwa tidak semua orang membutuhkan spesifikasi untuk pekerjaan berat, seperti rendering atau aplikasi yang membutuhkan kartu grafis tinggi. Terkadang ada orang yang hanya membutuhkan laptop ringan untuk pekerjaan perkantoran dan memutar file multimedia, sehingga menggunakan prosesor Ryzen atau Intel i series akan menjadi overkill.
Pihak pegadaian (ini masih kurang jelas apakah Pegadaian BUMN dengan logo hijau atau pegadaian yang umum ada di pinggir-pinggir jalan) beralasan bahwa laptop itu memiliki spesifikasi yang jelek. Prosesornya hanya Celeron N4020 2C/2T dengan clock speed 1.1GHz (2.8 GHz jika turbo) dengan cache 4MB. Ditambah lagi memori 8GB yang sudah disolder sehingga tidak bisa diupgrade. Hal ini semakin diperparah dengan storage yang kecil (cuma 128GB) dan lambat (tipe eMMC 5.1).
Saya yang agak kurang sreg dari cara orang pegadaiannya mengapraisal laptop tersebut. Pertama, ia mengabaikan aspek mobilitas dari laptop tersebut. Prosesor Celeron memang bukan prosesor untuk pekerjaan berat, tetapi untuk office task sederhana dan presentasi. Nah untuk penggunaan tersebut, prosesor ini sangat irit baterai. Belum lagi fitur touchscreen dan detachable keyboard yang membuatnya sangat portabel.
Ia mengabaikan aspek bahwa tidak semua orang membutuhkan spesifikasi untuk pekerjaan berat, seperti rendering atau aplikasi yang membutuhkan kartu grafis tinggi. Terkadang ada orang yang hanya membutuhkan laptop ringan untuk pekerjaan perkantoran dan memutar file multimedia, sehingga menggunakan prosesor Ryzen atau Intel i series akan menjadi overkill.
Comments
Post a Comment