Ikhlas Itu...
“Masa gaji saya kalah sama tukang sapu yg pendidikannya lebih rendah dari saya? Kerjaan juga jelas-jelas lebih berat kerjaan saya. Saya ngerekap, perbaiki hasil kerjaan orang yang salah, ngejar-ngejar orang yg belum setor laporan, ngadepin orang yang ngomel karena salah di-input datanya, dll. Mana penghargaan terhadap keahlian saya?”
Oke dalam dunia kerja, kejadian di atas adalah suatu hal itu lumrah terjadi. Saya tidak akan nyuruh ikhlas bersabar, atau ngelarang jangan marah, atau nyuruh inget Tuhan, atau apalah. Saya ingin Anda menyimak cerita berikut.
Suatu ketika ada kondangan (hajatan) seorang pejabat dan Anda kebetulan diundang oleh yang bersangkutan. Anda mati-matian mencari pakaian yang terbaik, mengingat tamu-tamu yang diundang tentunya “high class“. Di saat itulah Anda sibuk pula menyiapkan uang amplop-an untuk hajatan pejabat tersebut.
Setelah mengeruk isi dompet dan laci rumah, akhirnya terkumpulah uang sebesar Rp.500rb. Anda merasa uang tersebut sangat besar karena biasanya Anda paling-paling memberi amplop kondangan sebesar Rp.50rb. Dengan PD-nya Anda menulis nama Anda di amplop yang akan Anda berikan untuk hajatan si pejabat.
Namun ternyata, para tamu-tamu undangan lain memberikan amplop rata-rata sekitar Rp.3juta. Anda sendiri tetap PD menghadiri acara tersebut tanpa tahu apa-apa soal tersebut. Setelah selesai acara, pejabat mulai menghitung amplop dan melihat amplop atas nama Anda. Ia mungkin hanya sedikit tersenyum.
Pesan yang mungkin bisa diambil, Anda mungkin merasa orang paling berjasa di dunia, paling dibutuhkan oleh institusi Anda, dan sebagainya, namun ternyata tidak. Tidak karena bisa jadi karena kerjaan Anda dipandang remeh, tidak esensial, hanya tambahan ketimbang kerjaan lain yg lebih besar, atau memang hati pimpinan Anda buta karena sombong/tamak sehingga tidak bisa melihat kerja keras Anda, dsb.
Ya menurut saya intinya jangan congkak dulu. Kalo memang sudah niat bulat-bulat mau pindah atau mengundurkan diri, lakukanlah dengan kerendahan hati. Tidak perlu emosi atau sakit hati, karena orang yg kuat bukanlah orang yg mampu menjatuhkan/berkelahi orang lain, tetapi ketika ia mampu menahan amarahnya.
Comments
Post a Comment