Diskriminasi Fitna

Tentang film Fitna
Saya paling membenci semua bentuk diskriminasi manusia atas manusia, golongan tertentu atas golongan tertentu, apapun itu. Diskriminasi agama, ras, agama, tingkat sosial, dsb pada dasarnya tidak akan mendatangkan keuntungan. Intensi bagi orang yang melakukannya pada dasarnya sangat tidak masuk akal, dan timbul karena perasaaan superior. Pada dasarnya, semua manusia sama dari segi fisik. Yang menimbulkan “gap” begitu besar mengenai diskriminasi adalah karena sesuatu yang berada di kepala seseorang itu sendiri.

Film Fitna karya Geert Wilders yang beberapa waktu lalu telah ditayangkan di youtube, sempat menimbulkan kegemparan. Atas ini, pemerintah bahkan sempat salah langkah dan latah dengan membuat kebijakan menutup akses ke situs youtube di internet. Ibarat kata, membunuh satu tikus di sebuah rumah dengan menggunakan bom yang dapat menghancurkan rumahnya juga. Untungnya walaupun terlanjur basah, pemerintah masih bisa memperbaiki kesalahannya dengan melepas blok ke situs, namun hanya ke URL tertentu saja.

Mengenai Film Fitna yang diluncurkan di youtube tersebut, saya rasa film ini sangat diskriminasi dan arogan. Lagipula, apa yang dilakukan Wilders tidak menunjukkan bahwa ia seorang yang sekuler di negara sekuler sekalipun (pasangan homo boleh menikah di sini). Untuk gambaran awal, isi film fitna merupakan cuplikan ayat Alquran dan cuplikan adegan video yang dirasa representatif dengan ayat alquran. Untuk inti ayat2 yang digunakan yaitu yang berkaitan dengan perang, penghalalan pertumpahan darah, anjuran membunuh orang kafir di luar islam, mengatakan bangsa Yahudi Kera.

Diskriminasi?
Mengapa dikatakan diskriminasi? Bukankah cuplikan ayat dan adegan yang ditampilkan merupakan fakta-fakta ayat yang terdapat di dalam Alquran? Saya tidak akan membahas ini dari segi agama, karena saya memang tidak kompeten dalam bidang ini. Yang bisa saya katakan soal ini, ayat yang dikutip cuma berupa penggalan-penggalan, sehingga pemahaman seutuhnya mengenai topik ayat tersebut menjadi rancu.

  1. Alasan pertama mengapa saya bilang film ini sangat diskriminasi, Jelas untuk seorang ketua fraksi partai kebebasan di negara sekuler-atheis, pembahasan mengenai agama sangat tidak masuk akal dan tidak relevan karena bidang ini di luar garapannya. Ketika dia (Wilders) meluncurkan film ini, jelas ia memiliki intensi tertentu.
  2. Alasan kedua, jika memang kemunculan film ini lantaran jengah dan murni semata mengekspos bentuk-bentuk nilai-nilai kekerasan dan kekejaman, mengapa ia tidak memilih untuk mengekspos kekejaman Israel di Palestina atau kekejaman di berbagai penjara-penjara rahasia AS yang tentunya lebih bernilai dan lebih menggemparkan? Asumsinya, daripada membicarakan artis dangdut ibukota, lebih baik membicarakan artis top hollywood.
  3. Alasan ketiga, film ini justru tidak memiliki anjuran untuk membangun hubungan harmonis antarsesama, dan malah mengadu domba manusia secara global. Ini justru menghambat semangat globalisasi dunia, di mana semangat keterbukaan tanpa batas sangat dijunjung tinggi.

Saya berusaha se-objektif mungkin mengenai hal ini dan tidak memihak, tapi ternyata objektivitas juga merupakan bentuk pihak.

Comments

Popular posts from this blog

Dampak Negatif Bonus Demografi Indonesia

Status Teman di Medsos dan Adat Istiadat Selepas Lebaran